Jumat, 11 Juni 2010

Design Pengajaran

Design Pengajaran oleh Gagné

Gagné's ID (Instructional Design) didasarkan pada jenis keluaran belajar yang berbeda membutuhkan aktivitas belajar yang berbeda dan karenanya kondisi-kondisi intruksional yang berbeda.

Sembilan kejadian instruksional dasar mempunyai variasi untuk jenis keluaran belajar. Mengembangkan instruksi meliputi analisis prasyarat, pemilihan media dan merancang kejadian-kejadian instruksional.

Menganalisis persyaratan-persyaratan dengan bekerja secara ke belakang dari tujuan belajar yang diinginkan.
1.    mengidentifikasi jenis keluaran belajar yang ingin dicapai.
2.    keluaran belajar adalah tidak sederhana, setiap keluaran harus dirinci ke dalam hirarkhi keluaran belajar yang tergantung dan prasyarat, untuk mencapai suatu hirarkhi belajar keluaran-keluaran yang sederhana.
3.    Mengidentifikasi kondisi-kondisi atau proses-proses internal pada pembelajar yang harus ada untuk mencapai keluaran-keluaran tersebut.
4.    merinci kondisi-kondisi eksternal atau instruksi yang harus ada untuk mencapai kondisi-kondisi internal tersebut.
Memilih Media
5.    Mencatat konteks belajar.
6.    Mencatat karakteristik-karakteristik siswa.
7.    Memilih media untuk instruksi – cara menyampaikan kejadian-kejadian instruksional? Buku-buku, whiteboard, Komputerdan video merupakan contoh-contoh yang umum.
Design Instruction – merencanakan kejadian-kejadian instruksional untuk mendukung aktivitas belajar
8.    Rencana untuk memotivasi siswa dengan insentif-insentif, penguasaan tugas atau prestasi.
9.    Untuk setiap keluaran belajar yang direncanakan dalam hirarkhi belajar, Sembilan Kejadian Instruksional dirancang relevan dengan jenis jeluaran belajar, dalam urutan prasyarat dalam hirarkhi belajar, dan dengan media yang layak dan penggunaan tutor.
10.    Meskipun instruksi tampaknya siap digunakan, dalam praktek, instruksi tersebut diujikan pada siswa (evaluasi formatif).
11.    Setelah instruksi digunakan, sebuah evaluasi sumatif dilakukan untuk memutuskan keefektifannya.
Secara ringkas, Gagné's ID menghasilkan sebuah analisis mengenai belajar yang harus dilakukan (1-6) dan kemudian diterjemahkan ke dalam suatu rancangan untuk kejadian-kejadian instruksional yang akan menguatkan dan mendukung proses-proses internal pada siswa (7-9). Proses ini kemudian diuji, digunakan dan dievaluasi (10-11). (Petry, Mouton & Reigluth, 1987).
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting yaitu:
1.    Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :
1.    Verbal Information (informasi verbal), adalah kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.
2.    Intellectual skills (keterampilan intelektual), merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
3.    Cognitive strategies (strategi kognitif), merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif.
4.    Attitudes (sikap-sikap) merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5.    Motor skills (keterampilan motorik) merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dllnya.

2.    Fase – fase pembelajaran
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
1.    menerima situasi rangsang (receiving the stimulus situation (apprehending)),
2.    Stage pencapaian (stage of acquisition),
3.    Penyimpanan (storage),
4.    Pemanggilan kembali (retrieval).

Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu
5.    fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar,
6.    fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
7.    Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan
8.    fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
3.    Kondisi atau tipe pembelajaran
1. Signal learning (belajar isyarat)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.

2. Stimulus-response learning (belajar melalui stimulus-respon)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.

      3. Chaining (rantai atau rangkaian)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.

      4. Verbal association (asosiasi verbal)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.

      5. Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan.

      6. Concept learning (belajar konsep) 
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya

      7. Rule learning (belajar aturan)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.

      8. Problem solving. (memecahkan masalah)
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.
4.    Kejadian-kejadian instruksional
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Gain attention (memelihara perhatian)
Dengan stimulus ekstern kita berusaha membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar.

2.    Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran)
Menjelaskan kepada murid tujuan dan hasil apa yang diharapkan setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal.

3.    Stimulate recall of prior learning (merangsang murid)
Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.

4.    Present the content (menyajikan stimuli)
Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran sehingga murid menjadi lebih siap menerima pelajaran.

5.    Provide "learning guidance" (memberikan bimbingan)
Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar

6.    Elicit performance /practice (pemantapan apa yang dipelajari)
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.

7.    Provide feedback (memberikan feedback)
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.

8.    Assess performance (menilai hasil belajar)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.

9.    Enhance retention and transfer to the job (mengusahakan transfer)
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain

Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya



Implikasi untuk teknologi instruksional:
Teori Kondisi Belajar Gagne (1965) mempunyai beberapa implikasi untuk teknologi instruksional. Rancangan instruksi harus mencakup : menganalisis persyaratan, memilih media dan merancang kejadian-kejadian instruksional. Sebagai tambahan, teknolog instruksional harus mencamkan konsep-konsep belajar berikut ketika mengembangkan metode-metode instruksi.
•    Ketrampilan harus dipelajari pada waktunya dan setiap skill baru yang dipelajari berdasar pada skill yang telah dicapai sebelumnya
•    Analisis fase harus mengidentifikasi dan menggambarkan skill dan pengetahuan prasyarat tingkat bawah yang dibutuhkan untuk tujuan instruksional
•    Tujuan-tujuan tingkat bawah harus dikuasai sebelum tujuan-tujuan tingkat tinggi
•    Tujuan-tujuan harus ditetapkan dalam istilah tingkahlaku konkrit
•    Reinforcement positive harus digunakan dengan cara berulang
Karya Gagne (1965) mempunyai sumbangan penting pada dasar pengetahuan keilmuan dalam bidang teknologi instruksional khususnya di bidang rancangan instruksional. Dia menunjukkan beberapa langkah yang harus digunakan untuk merencanakan dan merancang instruksi, meliputi:
•    Mengidentifikasi jenis-jenis keluaran belajar
•    Setiap keluaran  harus memiliki pengetahuan atau skill prasyarat yang harus diidentifikasi
•    Mengidentifikasi kondisi-kondisi atau proses-proses internal  yang harus dimiliki siswa untuk mencapai keluaran-keluaran
•    Mengidentifikasi kondisi-kondisi eksternal atau instruksi-instruksi yang diperlukan untuk mencapai keluaran-keluaran
•    Menspesifikasi konteks belajar
•    Mencatat karakteristik-karakteristik siswa
•    Memilih media untuk instruksi
•    merencanakan memotivasi siswa
•    instruksi diuji pada siswa dalam bentuk evaluasi formative
•    setelah instruksi digunakan, evaluasi sumatif digunakan untuk memutuskan keefektifan instruksi

Penting dalam Teori Kondisi Belajar Gagne adalah bahwa instruksi harus dirancang secara spesifik dalam konteks kebutuhan siswa. Instruksi harus dirancang untuk mencakup serangkaian metode instruksional untuk memenuhi kebutuhan berbagai siswa.

Jumat, 10 Juli 2009

TUGAS-TUGAS MAHASISWA MENGENAI KURVE INGATAN EBBINGHAUS

Faizal Rahman
081300943

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dalam proses belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dari beberap teori yang ada belajar memiliki definisi atau pengertian yaitu :

 Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat serta merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).

 Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)

 Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Moh. Surya (1997).

 Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Witherington (1952)

Josefine Caroline Manuputty
081300935

Secara historis, studi ilmiah mengenai belajar dilakukan terutama oleh psikolog. Salah satunya adalah Herman Ebbinghaus pada tahun 1850 – 1909 yang telah dididik di Universitas Bonn. Sebagai seorang dokter muda, Ebbinghaus bertekad untuk belajar lebih tinggi proses mental dan meneliti proses ini yang diabaikan oleh Wundt. Herman Ebbinghaus merupakan peneliti pertama tentang belajar di dalam meneliti secara sistematis mengenai ingatan terhadap nonsense syllables dan tentang retensi. Percobaan pertamanya dimulai pada tahun 1879 dengan hanya Ebbinghaus sebagai subjek. Hasilnya berupa Memori pada tahun 1885. Memori yang digunakan pertama adalah penggunaan nonsense syllables untuk menemukan dasar hukum pembelajaran. Nonsense syllables yang telah sia-sia, oleh karena itu uninfluenced sebelumnya belajar. Ebbinghaus juga digunakan nonsense syllables karena salah satu suku kata nonsense tidak mudah untuk belajar dari yang lain. Metode penelitiannya tersebut masih tetap digunakan sampai sekarang. Dari hasil penelitiannya Ebbinghaus ( dalam Wittig, 1981 ), dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa variabel yang mempengaruhi ingatan yaitu : lamanya waktu antara belajar dan mengingat kembali, tipe benda dan jumlah materi yang diingat, dan pengaruh dari pengalaman belajar terhadap pengalaman belajar selanjutnya. Misalnya : Ebbinghaus sebagai peneliti sekaligus subyek penelitian mencoba mengingat silabel yang tidak membentuk kata, yang terdiri dari konsonan - vokal – konsonan, contohnya YOF. Ebbinghaus tidak mendapatkan pengalaman belajar yang berupa kemampuan untuk mengasosiasikan silabel tersebut. Dan terbukti setelah beberapa tahun, pengalaman tersebut tidak berubah secara substansial dibandingkan kesimpulan pada tahun pertama. Hasil penelitian tersebut dapat digambarkan melalui kurva tentang performa tinggi rendahnya kinerja selama waktu belajar ( dalam Wittig, 1981 ).

Ebbinghaus juga belajar tentang kelupaan. Eksperimen Ebbinghaus yang melibatkan penggunaan nonsense syllables, nonword, three - letter consonant – vowel - consonant sequences menemukan bahwa istilah - istilah tak berarti ( nonsense syllables ) akan cepat dilupakan. Ebbinghaus mengulang daftar kata - kata tersebut dan mencoba untuk melakukan recall setelah 20 menit, satu jam, 8 - 9 jam, satu hari, dua hari, 6 hari, dan 31 hari. Hal-hal ini adalah pengaruh dari panjang daftar pada waktu belajar, pengaruh latihan pada belajar, dan pembelajaran dan ingatan atas hal - hal yang disusun secara serial. Dia akan menghafal daftar nonsense syllables, 13 dalam setiap daftar, dan mengukur berapa lama membawanya ke melupakan syllables. Hasil penelitiannya, menghasilkan berupa tentang retensi yaitu kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu, dan lupa atau berkurangnya retensi tersebut dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung. Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar dan merupakan proses kemampuan untuk menyimpan pemahaman dan perilaku baru dalam ingatan yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition ( fase menerima informasi ).

Manusia memilki memori yang kemampuan dan kapasitasnya sangat besar. Memori tersebut kita lakukan untuk beraktivitas dalam berpikir maupun menalar. Seperti halnya yang dialami oleh siswa. Konsep yang dipahami secara baik oleh siswa dari pembelajaran dapat disimpan dalam ingatan atau memori yang kemudian akan dipergunakan pada saat diperlukan. Namun pada kenyataannya, karena banyak hal yang telah disimpan dalam ingatan, sulit untuk diproduksikan lagi. Hal tersebut dikenal sebagai lupa. Lupa dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberikan pertanyaan, karena dengan pertanyaan dapat menggali informasi dari ingatan. Tentunya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu dianalisis yang bagai mana yang secara baik dapat menggali ingatan dan yang bagaimana pula yang secara baik dapat menguatkan ingatan. Jika suatu pertanyaan yang diberikan dapat secara tersusun dengan baik, maka akan dapat memberikan dampak positif bagi siswa yaitu : Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibahas, dapat mengembangkan pola dan cara berfikir aktif siswa, dapat menuntun proses berfikir siswa untuk menentukan jawaban yang baik, dan dapat memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Misalnya : Dalam mempelajari sains biologi, misalnya topik polusi, banyak hal yang perlu untuk dipahami dan diingat dan aspek retensi sangatlah diperlukan. Retensi dan lupa memang merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang.

Dari penjelasan tentang kurve ingatan Ebbinghaus di atas, Ebbinghaus berusaha untuk mempelajari bagaimana ingatan dapat berkembang sehingga dapat dilakukan kontrol ilmiah terhadap variabel - variabel yang sebelumnya tidak terpisah dari ingatan. Ebbinghaus merintisnya dengan cara pendekatan Eksperimental dalam membahas masalah belajar. Ebbinghaus berusaha menghafal sejumlah besar kombinasi - kombinasi huruf tanpa arti secara berulang - ulang.. Jadi dalam konsepsi Ebbinghaus, inti dari pada belajar adalah mengulang bahan yang harus dipelajari. Dengan diulang – ulang, maka bahan pelajaran akan semakin mudah untuk diingat. Demikian telah dijelaskan tentang kurve ingatan Ebbinghaus.

MUHIMMATUL MASLAHAH
081300942

Penelitian Ebbinghaus mengenai ingatan terhadap nonsense sylabels. Variabel yang mempengaruhi ingatan: waktu, tipe dan jumlah materi, pengalaman. "Sistem" Psikologi. Sistem Psikologi menjelaskan perilaku secara komprehensif sedangkan Teori Psikologi menjelaskan sebagian perilaku.
Sistem-sistem Psikologi :
a. Strukturalisme
b. Fungsionalisme
c. Asosiasionisme
d. Behaviorisme
e. Psikologi gestalt
f. Psikoanalisa
Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut. belajar adalah perubahan tingkahlaku; perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan; perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain

Seringkali perencanaan dan penataan ruang dilakukan tanpa pemahaman yang benar akan persepsi dan perilaku manusia pengguna ruangnya. Kenyataan yang terjadi adalah penataan ruang yang tidak optimal mengakomodasi kebutuhan dan keinginan penggunanya, serta tidak memfasilitasi proses adaptasi yang dinamik antara perilaku dengan setingnya. Interaksi anak-anak dengan lingkungan alam sangat menentukan pembentukan kematangan pribadi anak di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi, seting, dan perilaku anak-anak kota terhadap sungai dan lingkungannya, dengan kasus di Kampung Code Utara, Yogyakarta. Dalam penelitian dilakukan pemetaan perilaku, pemetaan mental, observasi lapangan, dan wawancara dengan 24 anak di area penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di area penelitian mempunyai persepsi yang positip terhadap sungai sebagai elemen penting lingkungan perumahan mereka. Meskipun demikian, kondisi sungai dan penataan ruang di sekitar sungai justru kurang memfasilitasi persepsi dan perilaku yang positip ini. Penataan ruang yang terjadi justru membatasi interaksi anak dengan sungai, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kognisi positipnya terhadap lingkungan dan alam sekitar. Penelitian ini menyarankan pentingya perencana kota menghadirkan ruang-ruang yang memungkinkan anak-anak perkotaan melakukan interaksi yang dinamik dengan lingkungan alam.

Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang retensi adalah Ebbinghaus pada tahun 1885. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung (James Dese, 1959: 241). Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa. Winkel (1996: 305), menggambarkan tahapan proses tersebut terjadi dengan urutan sebagai berikut: 1) siswa menerima rangsang dari reseptor, 2) rangsang yang masuk ditampung dalam sensori register dan diseleksi, sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual, 3) pola perseptual tersebut masuk ke dalam ingatan jangka pendek (Short Term Memory / STM) dan tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila informasi tersebut ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan, 4) penampungan hasil pengolahan informasi yang berada dalam STM dan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang (Long Term Memory / LTM) sebagai informasi yang siap pakai sewaktu-waktu pada saat diperlukan, 5) pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah dimasukkan dalam LTM untuk dimasukkan kembali ke dalam STM. Dalam penelitiannya : Nonsense Syllabels menyimpulkan bahwa kemampuan mengingat akan menurun dengan bertambahnya waktu. Dalam konsepsi Ebbinghaus, inti daripada pembelajaran adalah pengulangan bahan yang harus dipelajari dengan diulang - ulang maka pelajaran akan diingat. Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini Retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquistion ( fase menerima informasi ).

ANDHIKA TRI PP

ASSOCIATION MODEL (MODEL ASOSIASI)
Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings. Grafik di bawah menunjukkan salah satu hasil penelitian yang menunjukkan tingkat retensi yang makin rendah dengan berjalannya waktu.
COGNITIVE MODEL (MODEL KOGNITIF)
Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:
• Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
• Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat.
• Memori Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
o Recognition: Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
o Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
TULVING’S THEORY OF MULTIPLE MEMORY SYSTEMS
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:
• Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.
• Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.
• Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
• Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
• Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.
CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
• Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
• Banyak latihan
Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:
• Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
• John Conrad: dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik
• Rajan: dapat mengingat angka phi
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
• Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
• Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
• Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
• Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
• Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala.
• Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity)
• Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi.
• Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
• Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
• Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja.

SYAMSUL HUDA
081300929
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 45 SURABAYA



Pendiri psikologi moden bermula di Eropah dengan Wilhelm Wundt yang pertama menubuhkan makmal psikologi. Tumpuan psikologi awal ialah mengkaji aspek-aspek sensasi (sensation), persepsi (perception) dan tumpuan. (attention). Hermann Ebbinghaus, seorang Jerman, merupakan ahli psikologi yang pertama mengkaji pembelajaran secara saintifik. Pada tahun 1879, dia menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek dalam eksperimen yang mengkaji pembelajaran dan ingatan.
Beliaulah yang memperkenalkan ujian ‘kaitan bebas’ (free association) yang menguji kaitan antara perkataan yang diberikan oleh penyelidik dan perkataan yang perkataan yang berikan oleh subjek. “Nyatakan perkataan pertama yang muncul dalam minda kamu apabila saya mengatakan _______ “. Jadi tujuan psikologi ialah untuk mengkaji bagaimana manusia membuat perkaitan antara perkataan atau idea.
Ebbinghaus juga terkenal dengan eksperimen yang menunjukkan fenomena ingatan dikalangan manusia. Dalam tahun 1885, dia menjalankan satu eskperimen yang menunjukkan bahawa kadar lupaan lebih ketara pada permulaan (55% selepas 1 jam) dan berkurangan seterusnya (14% selepas 31 hari).

Dalam lingkup ilmu Psikologi, ada beberapa teori mengenai Memori yang dikemukakan oleh para ahli. Di bawah ini akan dibahas beberapa dari teori-teori tersebut.

ASSOCIATION MODEL (MODEL ASOSIASI)

Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings. Grafik di bawah menunjukkan salah satu hasil penelitian yang menunjukkan tingkat retensi yang makin rendah dengan berjalannya waktu.



COGNITIVE MODEL (MODEL KOGNITIF)

Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:

1. Memori Sensoris:
Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.

2. Memori Jangka Pendek:
Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat.

3. Memori Jangka Panjang:
Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
• Recognition:
Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
• Recall:
Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
• Retrieval
bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.

TULVING’S THEORY OF MULTIPLE MEMORY SYSTEMS
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:

1. Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.

2. Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.

3. Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.

CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.

Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
• Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
• Banyak latihan

Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:

Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
John Conrad: dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik
Rajan: dapat mengingat angka phi

Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
• Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
• Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
• Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
• Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
• Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala.
• Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity)
• Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi.
• Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
• Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
• Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja.