Jumat, 10 Juli 2009

TUGAS-TUGAS MAHASISWA MENGENAI KURVE INGATAN EBBINGHAUS

Faizal Rahman
081300943

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dalam proses belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dari beberap teori yang ada belajar memiliki definisi atau pengertian yaitu :

 Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat serta merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).

 Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)

 Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Moh. Surya (1997).

 Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Witherington (1952)

Josefine Caroline Manuputty
081300935

Secara historis, studi ilmiah mengenai belajar dilakukan terutama oleh psikolog. Salah satunya adalah Herman Ebbinghaus pada tahun 1850 – 1909 yang telah dididik di Universitas Bonn. Sebagai seorang dokter muda, Ebbinghaus bertekad untuk belajar lebih tinggi proses mental dan meneliti proses ini yang diabaikan oleh Wundt. Herman Ebbinghaus merupakan peneliti pertama tentang belajar di dalam meneliti secara sistematis mengenai ingatan terhadap nonsense syllables dan tentang retensi. Percobaan pertamanya dimulai pada tahun 1879 dengan hanya Ebbinghaus sebagai subjek. Hasilnya berupa Memori pada tahun 1885. Memori yang digunakan pertama adalah penggunaan nonsense syllables untuk menemukan dasar hukum pembelajaran. Nonsense syllables yang telah sia-sia, oleh karena itu uninfluenced sebelumnya belajar. Ebbinghaus juga digunakan nonsense syllables karena salah satu suku kata nonsense tidak mudah untuk belajar dari yang lain. Metode penelitiannya tersebut masih tetap digunakan sampai sekarang. Dari hasil penelitiannya Ebbinghaus ( dalam Wittig, 1981 ), dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa variabel yang mempengaruhi ingatan yaitu : lamanya waktu antara belajar dan mengingat kembali, tipe benda dan jumlah materi yang diingat, dan pengaruh dari pengalaman belajar terhadap pengalaman belajar selanjutnya. Misalnya : Ebbinghaus sebagai peneliti sekaligus subyek penelitian mencoba mengingat silabel yang tidak membentuk kata, yang terdiri dari konsonan - vokal – konsonan, contohnya YOF. Ebbinghaus tidak mendapatkan pengalaman belajar yang berupa kemampuan untuk mengasosiasikan silabel tersebut. Dan terbukti setelah beberapa tahun, pengalaman tersebut tidak berubah secara substansial dibandingkan kesimpulan pada tahun pertama. Hasil penelitian tersebut dapat digambarkan melalui kurva tentang performa tinggi rendahnya kinerja selama waktu belajar ( dalam Wittig, 1981 ).

Ebbinghaus juga belajar tentang kelupaan. Eksperimen Ebbinghaus yang melibatkan penggunaan nonsense syllables, nonword, three - letter consonant – vowel - consonant sequences menemukan bahwa istilah - istilah tak berarti ( nonsense syllables ) akan cepat dilupakan. Ebbinghaus mengulang daftar kata - kata tersebut dan mencoba untuk melakukan recall setelah 20 menit, satu jam, 8 - 9 jam, satu hari, dua hari, 6 hari, dan 31 hari. Hal-hal ini adalah pengaruh dari panjang daftar pada waktu belajar, pengaruh latihan pada belajar, dan pembelajaran dan ingatan atas hal - hal yang disusun secara serial. Dia akan menghafal daftar nonsense syllables, 13 dalam setiap daftar, dan mengukur berapa lama membawanya ke melupakan syllables. Hasil penelitiannya, menghasilkan berupa tentang retensi yaitu kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu, dan lupa atau berkurangnya retensi tersebut dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung. Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar dan merupakan proses kemampuan untuk menyimpan pemahaman dan perilaku baru dalam ingatan yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition ( fase menerima informasi ).

Manusia memilki memori yang kemampuan dan kapasitasnya sangat besar. Memori tersebut kita lakukan untuk beraktivitas dalam berpikir maupun menalar. Seperti halnya yang dialami oleh siswa. Konsep yang dipahami secara baik oleh siswa dari pembelajaran dapat disimpan dalam ingatan atau memori yang kemudian akan dipergunakan pada saat diperlukan. Namun pada kenyataannya, karena banyak hal yang telah disimpan dalam ingatan, sulit untuk diproduksikan lagi. Hal tersebut dikenal sebagai lupa. Lupa dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberikan pertanyaan, karena dengan pertanyaan dapat menggali informasi dari ingatan. Tentunya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu dianalisis yang bagai mana yang secara baik dapat menggali ingatan dan yang bagaimana pula yang secara baik dapat menguatkan ingatan. Jika suatu pertanyaan yang diberikan dapat secara tersusun dengan baik, maka akan dapat memberikan dampak positif bagi siswa yaitu : Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibahas, dapat mengembangkan pola dan cara berfikir aktif siswa, dapat menuntun proses berfikir siswa untuk menentukan jawaban yang baik, dan dapat memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Misalnya : Dalam mempelajari sains biologi, misalnya topik polusi, banyak hal yang perlu untuk dipahami dan diingat dan aspek retensi sangatlah diperlukan. Retensi dan lupa memang merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang.

Dari penjelasan tentang kurve ingatan Ebbinghaus di atas, Ebbinghaus berusaha untuk mempelajari bagaimana ingatan dapat berkembang sehingga dapat dilakukan kontrol ilmiah terhadap variabel - variabel yang sebelumnya tidak terpisah dari ingatan. Ebbinghaus merintisnya dengan cara pendekatan Eksperimental dalam membahas masalah belajar. Ebbinghaus berusaha menghafal sejumlah besar kombinasi - kombinasi huruf tanpa arti secara berulang - ulang.. Jadi dalam konsepsi Ebbinghaus, inti dari pada belajar adalah mengulang bahan yang harus dipelajari. Dengan diulang – ulang, maka bahan pelajaran akan semakin mudah untuk diingat. Demikian telah dijelaskan tentang kurve ingatan Ebbinghaus.

MUHIMMATUL MASLAHAH
081300942

Penelitian Ebbinghaus mengenai ingatan terhadap nonsense sylabels. Variabel yang mempengaruhi ingatan: waktu, tipe dan jumlah materi, pengalaman. "Sistem" Psikologi. Sistem Psikologi menjelaskan perilaku secara komprehensif sedangkan Teori Psikologi menjelaskan sebagian perilaku.
Sistem-sistem Psikologi :
a. Strukturalisme
b. Fungsionalisme
c. Asosiasionisme
d. Behaviorisme
e. Psikologi gestalt
f. Psikoanalisa
Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut. belajar adalah perubahan tingkahlaku; perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan; perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain

Seringkali perencanaan dan penataan ruang dilakukan tanpa pemahaman yang benar akan persepsi dan perilaku manusia pengguna ruangnya. Kenyataan yang terjadi adalah penataan ruang yang tidak optimal mengakomodasi kebutuhan dan keinginan penggunanya, serta tidak memfasilitasi proses adaptasi yang dinamik antara perilaku dengan setingnya. Interaksi anak-anak dengan lingkungan alam sangat menentukan pembentukan kematangan pribadi anak di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi, seting, dan perilaku anak-anak kota terhadap sungai dan lingkungannya, dengan kasus di Kampung Code Utara, Yogyakarta. Dalam penelitian dilakukan pemetaan perilaku, pemetaan mental, observasi lapangan, dan wawancara dengan 24 anak di area penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di area penelitian mempunyai persepsi yang positip terhadap sungai sebagai elemen penting lingkungan perumahan mereka. Meskipun demikian, kondisi sungai dan penataan ruang di sekitar sungai justru kurang memfasilitasi persepsi dan perilaku yang positip ini. Penataan ruang yang terjadi justru membatasi interaksi anak dengan sungai, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kognisi positipnya terhadap lingkungan dan alam sekitar. Penelitian ini menyarankan pentingya perencana kota menghadirkan ruang-ruang yang memungkinkan anak-anak perkotaan melakukan interaksi yang dinamik dengan lingkungan alam.

Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang retensi adalah Ebbinghaus pada tahun 1885. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung (James Dese, 1959: 241). Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa. Winkel (1996: 305), menggambarkan tahapan proses tersebut terjadi dengan urutan sebagai berikut: 1) siswa menerima rangsang dari reseptor, 2) rangsang yang masuk ditampung dalam sensori register dan diseleksi, sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual, 3) pola perseptual tersebut masuk ke dalam ingatan jangka pendek (Short Term Memory / STM) dan tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila informasi tersebut ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan, 4) penampungan hasil pengolahan informasi yang berada dalam STM dan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang (Long Term Memory / LTM) sebagai informasi yang siap pakai sewaktu-waktu pada saat diperlukan, 5) pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah dimasukkan dalam LTM untuk dimasukkan kembali ke dalam STM. Dalam penelitiannya : Nonsense Syllabels menyimpulkan bahwa kemampuan mengingat akan menurun dengan bertambahnya waktu. Dalam konsepsi Ebbinghaus, inti daripada pembelajaran adalah pengulangan bahan yang harus dipelajari dengan diulang - ulang maka pelajaran akan diingat. Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini Retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquistion ( fase menerima informasi ).

ANDHIKA TRI PP

ASSOCIATION MODEL (MODEL ASOSIASI)
Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings. Grafik di bawah menunjukkan salah satu hasil penelitian yang menunjukkan tingkat retensi yang makin rendah dengan berjalannya waktu.
COGNITIVE MODEL (MODEL KOGNITIF)
Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:
• Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
• Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat.
• Memori Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
o Recognition: Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
o Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
TULVING’S THEORY OF MULTIPLE MEMORY SYSTEMS
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:
• Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.
• Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.
• Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
• Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
• Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.
CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
• Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
• Banyak latihan
Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:
• Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
• John Conrad: dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik
• Rajan: dapat mengingat angka phi
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
• Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
• Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
• Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
• Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
• Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala.
• Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity)
• Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi.
• Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
• Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
• Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja.

SYAMSUL HUDA
081300929
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 45 SURABAYA



Pendiri psikologi moden bermula di Eropah dengan Wilhelm Wundt yang pertama menubuhkan makmal psikologi. Tumpuan psikologi awal ialah mengkaji aspek-aspek sensasi (sensation), persepsi (perception) dan tumpuan. (attention). Hermann Ebbinghaus, seorang Jerman, merupakan ahli psikologi yang pertama mengkaji pembelajaran secara saintifik. Pada tahun 1879, dia menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek dalam eksperimen yang mengkaji pembelajaran dan ingatan.
Beliaulah yang memperkenalkan ujian ‘kaitan bebas’ (free association) yang menguji kaitan antara perkataan yang diberikan oleh penyelidik dan perkataan yang perkataan yang berikan oleh subjek. “Nyatakan perkataan pertama yang muncul dalam minda kamu apabila saya mengatakan _______ “. Jadi tujuan psikologi ialah untuk mengkaji bagaimana manusia membuat perkaitan antara perkataan atau idea.
Ebbinghaus juga terkenal dengan eksperimen yang menunjukkan fenomena ingatan dikalangan manusia. Dalam tahun 1885, dia menjalankan satu eskperimen yang menunjukkan bahawa kadar lupaan lebih ketara pada permulaan (55% selepas 1 jam) dan berkurangan seterusnya (14% selepas 31 hari).

Dalam lingkup ilmu Psikologi, ada beberapa teori mengenai Memori yang dikemukakan oleh para ahli. Di bawah ini akan dibahas beberapa dari teori-teori tersebut.

ASSOCIATION MODEL (MODEL ASOSIASI)

Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings. Grafik di bawah menunjukkan salah satu hasil penelitian yang menunjukkan tingkat retensi yang makin rendah dengan berjalannya waktu.



COGNITIVE MODEL (MODEL KOGNITIF)

Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:

1. Memori Sensoris:
Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.

2. Memori Jangka Pendek:
Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat.

3. Memori Jangka Panjang:
Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
• Recognition:
Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
• Recall:
Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
• Retrieval
bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.

TULVING’S THEORY OF MULTIPLE MEMORY SYSTEMS
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:

1. Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.

2. Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.

3. Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.

CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMORI
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.

Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
• Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
• Banyak latihan

Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:

Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
John Conrad: dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik
Rajan: dapat mengingat angka phi

Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
• Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
• Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
• Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
• Menggunakan bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu.
• Memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar kepala.
• Konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity)
• Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi.
• Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
• Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
• Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja.